MAKALAH EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT MALARIA
Dosen Pengampu : Casaeri, SKM.,M.Kes
Disusun Oleh:
1. Hidayatul Rizki (AKU.11.024)
AKADEMI KEBIDANAN UNISKA KENDAL(AKU)
Jl.Soekarno –Hatta No.99 Kendal
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian
terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain
itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah
Indonesia. Angka kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di
daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran
penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di
daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB)
malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit
malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Di Indonesia penderita malaria
mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa.
Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar 107
juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh
sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
gambaran penyakit malaria dan penyebarannya di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium
ovale dan yang mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk
anopheles betina (Kemenkes,2011).
B. Penyebab malaria
Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah
satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan
di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia.
Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat
menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species
nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia
family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal
4 macam parasit malaria yaitu:
1. Plasmodium
Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.
2. Plasmodium
vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium
malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium
ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak
kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat
dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut
infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya
paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum
dengan plasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis
parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini
biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.
1. Siklus Hidup
Nyamuk Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya
mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama
dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat
hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
a.
Tingkatan di dalam air.
b. Tingkatan
di luar temp at berair (darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air,
siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air
ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada
didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar
dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik
anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara
8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari
jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau
stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu
satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk
dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama
kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan
berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan
keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya.
Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari
kepompong.
2. Beberapa Aspek
Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku,
perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim.
kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan
lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat
perindukan dan musim alami.
Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam
tempat yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat
tersebut dapat dilukiskan dengan bagan sebagai berikut:
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Untuk
menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada hubungannya
dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui yaitu :
a. Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari
beberapa segi yaitu:
1) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu.
Nyamuk anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari.
apabila dipelajari dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang
tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan
sampai pagi hari.
2) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat
apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan
diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua
golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah
dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
3) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber
darah. Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik
apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang
menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
4) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk
betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan
memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses
pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah.
Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan
kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan
waktu antara 48-96 jam.
b.
Perilaku Istirahat.
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya:
istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan
istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.
Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk
beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata
mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap
tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang
hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada
nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian
langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah
orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
c. Perilaku Berkembang Biak.
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih
tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan
kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang
kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada
tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di
air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya
Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan
suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat
diperlukan dalam program pemberantasan.
3.
Keterangan mengenai vektor
a.
Umur Populasi Vektor.
Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan
dipengaruhi keadaan lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi
nyamuk. Salah satu cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan
melihat beberapa persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous
adalah nyamuk yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan
perbedahan indung telur (ovarium).
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung
telurnya ternyata 80 ekor telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk
tersebut adalah 80%. Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui
kecuali kaitannya dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk dapat juga
digunakan sebagai para meter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor
(penyemprotan, pengabutan dan lain-lain).
b. Distribusi
Musiman.
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk
diketahui. Data distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur
populasi vektor akan menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu
species yang berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia
tertentu. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau
kepadatan tinggi pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan
Pulau Jawa dimana densitas tertinggi pada musim kemarau
c. Penyebaran
Vektor.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam
epidemiologi penyakit yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat
berlangsung dengan dua cara yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan
terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transport atau
angin.
C. Cara penularan malaria
Penyakit
malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria :
a. Penularan secara alamiah (natural infection)
penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles.
b.
Penularan yang tidak alamiah.
1) Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
2)
Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui
jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara
penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung
pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra
vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa
pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
3)
Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
D. Penyebaran Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan
32°LS (Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah
permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut
(Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas,
mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium
Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit
Malaria hampir sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang
terjadinya. Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang
beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit
malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda
dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas
permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa
ini (1983) berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali
sepuluh kali lebih besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium
Falciparum dan Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia
bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara
Timur.
E. Gejala Malaria
Adalah
penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala
utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan
gejala klinis lain sebagai berikut :
1. Badan terasa
lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan
menurun.
3. Mual-mual
kadang-kadang diikuti muntah.
4. Sakit kepala
yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
5. Dalam keadaan
menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6. Malaria berat,
seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7. Pada anak,
makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah
mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat
kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
8. Gejala klasik
malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang
berurutan yaitu :
a) Stadium dingin
(cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang
sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan
segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir
dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b) Stadium demam
(Hot stage).
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita
merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti
terbakar, sakit kepala menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat
lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat
sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam
disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit
darah kedalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari
setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul
setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria
tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena
tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval
demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya
tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian
timbul pada penderita.
c) Stadium
berkeringat (sweating stage).
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali
sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat,
kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain,
stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan
diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit
dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria
tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh
adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada
pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan
tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.
Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang
sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis
malaria ini. Kadang–kadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water
fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni
yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari
black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan
warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita
infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat.
F. Upaya pengendalian
Terdapat beberapa upaya yang dilakukan dalam program
pencegahan malaria seperti pemakaian kelambu, pengendalian vektor.
1. Pemakaian Kelambu
2. Pengendalian Vektor
Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan
upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria.
Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik
dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara
kimiawi, menggunakan insektisida), biological control ( menggunakan ikan
pemakan jentik), manajemen lingkungan, dan lain-lain. Pengendalian terhadap
nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida
(IRS/ indoors residual spraying) atau menggunakan kelambu
berinsektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus
dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable,
affective dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan
bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan
perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah
daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria.
3. Diagnosis dan Pengobatan
Selain pencegahan, diagnosis dan pengobatan malaria
juga merupakan upaya pengendalian malaria yang penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang
menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat
yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium.
Malaria merupakan Penyakit yang
mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta demam
berkepanjangannya ini berasal dari nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles
betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar
sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati.
Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam
sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar
merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam
eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon
tua atau matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.
B. Saran
Disarankan agar pemerintah dapat
memperhatikan kondisi rakyat kecil yang sangat rentan terkena penyakit malaria
sebelum terjadi kejadian luar biasa (KLB).
DAFTAR PUSTAKA
Hasan
husein,2007, “Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Puskesmas Sukamerindu
Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu”
http://eprints.undip.ac.id/17530/1/Hasan_Husin.pdf
diakses tanggal 7 Mei 2012
Karimel
Sinambela, 2011, “Wabah Malaria Ancam Kota Bengkulu”
www.mediaindonesia.com
diakses tanggal 6 Mei 2012
Ministry of
health RI, 2011, “Indonesian Health Profile 2010”, Ministry of Health Republic
of Indonesia, Jakar
Mahfudin,
2012, “Diare dan malaria penyakit terbanyak di Bengkulu”
www.bengkulu-online.com diakses tanggal 6 Mei 2012
Didiet
Adiputro,2008 “Malaria Masih Menghantui Indonesia”, www.perspektif.net diakses
tanggal 6 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar